MUKADIMAH

NASKAH Proklamasi Kemerdekaan kita tidak disusun dan diproklamirkan oleh pemuda dan pemudi yang sedang mabuk. Tetapi oleh para pejuang , pemikir yang sehat dan bertanggung-jawab atas bangsanya.

Dalam tutur bahasa kesenian, seorang penyair menggambarkan sebagai berikut: Serumpun bambu bertahan dalam badai, mereka bak manusia yang ulet, mengatasi kesukaran serumpun bangsa, sentosa, tegak, dan mengolah kerja, sehingga mampu mengubah jurang menjadi panorama yang indah. Mereka tanpa obat, tanpa candu, dan emoh narkoba.

Andaikan rumpun bangsa kita ini seideal syair tadi, tentunya bangsa kita sudah jaya sejak dulu. Dari Sabang sampai Merauke, mereka membangun jembatan hati, dari pulau ke pulau, merajut budaya, kesenian, tradisi, dan agama, menjadi rukun dan toleran satu sama lain.

Kini bumi Indonesia penuh ancaman narkoba. Setiap hari konon berjatuhan 40 orang mati karenanya, sedang jutaan generasi muda lainnya dalam kesakitan dan dalam cengkeramannya.

Maka, saatnya kini kita proklamirkan lagi, sebuah Gerakan Kebangsaan Perang Melawan Narkoba, dan gerakan ini bukan dilakukan oleh pemuda bangsa yang tengah mabuk. Allah SWT Maha Tahu.

Untuk itu kita mohon bimbinganNya.

H.HARDI

Ketua Umum

Monday, May 7, 2007

Wajah sinetron di panti rehabilitasi narkoba

KUNJUNGAN ke panti rehabilitasi narkoba yang banyak dihuni para remaja sebagai korbannya, mengejutkan seniman pelukis H. Hardi. “Saya melihat wajah-wajah remaja yang kayak pemain sinetron, laki-laki perempuan, cakep-cakep, jadi korban narkoba, “ katanya. “Saya sangat terpukul. Sebagai orangtua dari 3 anak yang sedang remaja, saya takut bukan main. Seandainya anak saya yang kena bagaimana?” katanya.

Pelukis asal Blitar – Jawa Timur, kelahiran 1951, ini menyatakan, kunjungan itu mengganggu pikirannya dari hari ke hari. “Sukses orangtua dalam mengumpulkan harta, membangun karir dan bisnis, tak ada gunanya kalau kita mendapati anak kita seperti itu, “ katanya. Karena itu, dia mau mengetuai LSM Seniman Indonesia Anti Narkoba (SIAN) dengan semangat itu. “Saya siap perang untuk membrantas narkoba, “ tekadnya.

Menghimpun teman-temannya sesama seniman, H. Hardi gigih berkampanye. Hari-hari ini, misalnya, dia sibuk menyiapkan pameran lukisan menyambut Hari Anti Narkoba (HANI) 2007 di Hotel Nikko, Jakarta. “Yang dipamerkan bukan lukisan kembang atau pemandangan alam, tapi masyarakat yang dikuasai narkoba, “ katanya. Itu dijadikan peringatan betapa bahayanya narkoba.

“Memang ada desain besar untuk merusak generasi kita agar terus bodoh dan malas. Antara lain dengan penyebaran narkoba. Sebagai orangtua kita mesti menyadari, “ katanya, prihatin. (dimas).

1 comment:

Unknown said...

salut atas pendirian SIAN, dan salam hangat buat mas Hardi, saya Badrus Zaman lama tak jumpa dengan sampean, ketemu terakir di pameran Nuansa Ramadhan, Wisma Metropolitan Th. 1996. Saya sudah lama menekuni Terapi Lukis buat korban Narkoba, 3 tahun di Madani Home Care, 1 tahun di Mental Health Centre Rumah Sakit Duren Sawit Jakarta. Metode Terapi Melukis saya telah diliput oleh berbagai media TV dan Pers, serta telah menghasilkan sebuat skripsi (FSRD ITB Bandung) sekarang bersama teman2 mendirikan NAFS CARE sedang menggalang kerjasama dengan pemkot Tangerang dan Depok dalam penanggulangan bahaya Narkoba