MUKADIMAH

NASKAH Proklamasi Kemerdekaan kita tidak disusun dan diproklamirkan oleh pemuda dan pemudi yang sedang mabuk. Tetapi oleh para pejuang , pemikir yang sehat dan bertanggung-jawab atas bangsanya.

Dalam tutur bahasa kesenian, seorang penyair menggambarkan sebagai berikut: Serumpun bambu bertahan dalam badai, mereka bak manusia yang ulet, mengatasi kesukaran serumpun bangsa, sentosa, tegak, dan mengolah kerja, sehingga mampu mengubah jurang menjadi panorama yang indah. Mereka tanpa obat, tanpa candu, dan emoh narkoba.

Andaikan rumpun bangsa kita ini seideal syair tadi, tentunya bangsa kita sudah jaya sejak dulu. Dari Sabang sampai Merauke, mereka membangun jembatan hati, dari pulau ke pulau, merajut budaya, kesenian, tradisi, dan agama, menjadi rukun dan toleran satu sama lain.

Kini bumi Indonesia penuh ancaman narkoba. Setiap hari konon berjatuhan 40 orang mati karenanya, sedang jutaan generasi muda lainnya dalam kesakitan dan dalam cengkeramannya.

Maka, saatnya kini kita proklamirkan lagi, sebuah Gerakan Kebangsaan Perang Melawan Narkoba, dan gerakan ini bukan dilakukan oleh pemuda bangsa yang tengah mabuk. Allah SWT Maha Tahu.

Untuk itu kita mohon bimbinganNya.

H.HARDI

Ketua Umum

Sunday, December 9, 2007

Tes urine positif

Ahmad Albar Berstatus Tersangka

ROCKECRS kawakan Ahmad Albar akhirnya ditetapkan sebagai tersangka pengguna shabu, menyusul hasil positif tes urine. Kepastian ini disampaikan langsung oleh Ketua BNN, I Made Mangku Prastika.

"Pastinya dia tersangka," tegas Prastika. Dan malam ini, Rabu (28/11)
Ahmad Albar telah dipindahkan ke Bareskrim Mabes Polri. Selain itu putra kesayangan Iyek – demikian Ahmad Albar biasa disapa, Fachri Albar masih terus diburu dengan status DPO (daftar pencarian orang) setelah ditemukan 1,5 gram kokain di dalam kamarnya.

Penangkapan Iyek dan perburuan
Fachri menjadi bagian penting untuk mengungkap jaringan narkotika internasional setelah ditemukannya 1,5 juta butir ekstasi, uang sebesar 2,5 milyar rupiah yang diduga hasil dari penjualan ekstasi dan ditangkapnya 2 orang Malaysia dan 3 orang Indonesia di kamar apartemen Taman Anggrek.

Keterlibatan Iyek dalam sindikat tersebut menguat setelah secara sengaja melakukan persekongkolan menyembunyikan Cece – perantara antar bandar-bandar di Indonesia dan sindikat internasional yang dikendalikan Steven atau Albert - warga negara Malaysia.
Camelia Malik – artis serta adik Iyek yang sempat menjenguk di BNN, tidak memberikan satu pernyataan apapun. Sementara kondisi kesehatan Iyek, sampai malam ini mengalami penurunan secara drastis. "Beliau kondisinya merosot dan saya baru mengurus semua bon obat-obatnya," ungkap Farhat Abbas SH.

Dengan fakta yang terpampang sekarang ini, pernyataan
Donny Fatah dan Ian Antono di Dharmawangsa Square, Rabu siang (28/11) yang terkesan sangat membela menjadi sia-sia. "Selama bergaul dengan Iyek, saya tahu secara pasti kalau dia jauh dari hal-hal semacam itu," bela Donny Fattah saat itu. Tapi fakta berbicara lain, sebuah tamparan keras kini menghantam God Bless. (kapanlagi.com)

Selasa, 27 November 2007 - 22:19 wib

Ahmad Albar Ditangkap,

Diduga Sembunyikan Buron

JAKARTA, SELASA - Artis rock Ahmad Albar ditangkap tim reserse Mabes Polri karena diduga terlibat kasus penemuan 490 ribu butir ekstasi di apartemen Taman Anggrek, Jakarta Barat, pekan lalu.

Direktorat Tindak Pidana Narkoba dan Kejahatan Terorganisir, Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, Brigjen Pol Indradi Thanos di Jakarta, Selasa (27/11), mengatakan, Ahmad Albar kini masih menjalani pemeriksaan intensif oleh penyidik. "Rumahnya dijadikan tempat menginap seorang buronan ratusan ribu ekstasi yang kita temukan di Taman Anggrek," katanya.
Menurut Indrradi, polisi menangkap Ahmad Albar karena yang bersangkutan tidak melapor ke polisi saat ada buronan yang menginap di rumahnya. "Kebetulan, kita tangkap buronan kita di rumahnya," kata Indradi tanpa menyebut identitas buronan yang ditangkap itu. "Nanti, kami akan jelaskan sebab pemeriksaan masih terus berlangsung," tambahnya.

Jika Ahmad Albar terbukti menyembunyikan buronan, besar kemungkinan penyanyi rock papan atas ini akan ditahan. Polisi juga terus menyelidiki keterlibatan Ahmad Albar dalam jaringan ekstasi internasional yang melibatkan beberapa warga negara Malaysia.

Pekan lalu, polisi menemukan 490 ribu ekstasi dan menangkap lima tersangka termasuk dua WN Malaysia. Tiga WN Malaysia dinyatakan buron dan diduga salah satunya menginap di rumah Ahmad Albar. Kasus ini juga menyeret dua karyawan Bea dan Cukai Tanjung Priok karena diduga ikut membantu memasukkan ratusan ribu ekstasi dari Malaysia yang dicampur dengan jagung. (S027/kompas.com)

Friday, November 16, 2007


BNN: Roy Marten Bukan Duta Anti Narkoba


BADAN Narkotika Nasional (BNN) membuat berita mengejutkan. Mereka membantah anggapan bahwa aktor Roy Marten sebagai Duta Anti Narkoba. Menurut mereka, Roy hanya melakukan testimoni pada acara kampanye anti narkotika di Surabaya, beberapa waktu lalu.

"Roy Marten saat itu hanya testimoni atau memberikan pengakuan tentang pengalamannya sebagai pecandu narkoba," kata Kepala Pusat Dukungan Pencegahan, Pelaksana Harian BNN, Mudji Waluyo, pada Seminar Penguatan Kelembagaan peran serta Masyarakat dalam Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba, di Bandarlampung, Kamis (15/11).

Waluyo menyebutkan, pada saat kampanye anti narkoba itu, Roy Marten juga tidak sedang berstatus sebagai tersangka ataupun tahanan.

Namun menurut dia, Roy Marten pada kampanye anti narkoba itu antara lain menyatakan pencandu narkotika tidak akan berprestasi dalam bidang apapun, karena tidak dapat mengendalikan diri serta berpikir dengan baik.

Menurut Mudji, pencandu narkoba cenderung tidak mampu menggunakan akal sehat, mengingat bahaya narkortika itu dapat menyerang syaraf otak.

"Pencandu narkoba dipastikan tidak jujur atau jadi pembohong," ujar dia pula.
Karena itu, menurut dia, para pencandu narkoba harus mendapatkan perawatan secara intensif di panti rehabilitasi rumah sakit ketergantungan obat (RSKO).

Cerita sebelumnya, Roy Marten bersama empat rekannya di Hotel Novotel, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (13/11) sekitar pukul 05.00 WIB, diringkus oleh petugas kepolisian setempat saat pesta sabu-sabu.

Berdasarkan hasil tes urine, aktor ganteng yang pernah pula dihukum karena kasus narkoba itu, terbukti positif menggunakan barang haram tersebut.

BNN menyebutkan, saat ini pengguna narkoba secara nasional sebanyak 3,2 juta orang, terbesar adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. (kapanlagi.com)

Wednesday, November 14, 2007

Ditangkap lagi saat pesta narkoba

Kapolri sesalkan Roy Marten

KAPOLRI Jenderal Sutanto sangat menyesalkan Roy Marten yang kedapatan masih menggunakan narkoba. Apalagi artis tersebut tertangkap tangan tidak lama setelah berkampanye anti narkoba bersama Badan Narkotika Nasional (BNN).

"Tentunya kita mengharapkan yang bersangkutan sadar," kata Jendral Sutanto usai menghadiri pembekalan konsolidasi pemerintah daerah di Istana Negara, JL Veteran, Jakarta, Selasa (13/11).

Kapolri menambahkan, meski Roy Marten merupakan juru kamapnye BNN, tidak ada keistimewaan apapun. Menurutnya, proses hukum terus berjalan layaknya pesakitan narkoba lainnya. "Tidak peduli siapa orangnya. Tentu proses hukum akan kita terapkan sesuai prosedur hukum yang ada," tegas Kapolri.

Roy Marten kedapatan mengkonsumsi psikotropika jenis sabu-sabu setelah pesta narkoba di salah satu hotel di Surabaya. Bintang film senior era tahun 1970-an itu sigrebeg Selasa pagi, saat menghadiri "pesta" narkoba di salahsatu kamar hotel Novotel Hotel di Jalan Ngagel, Surabaya.

"Ada masyarakat yang melapor bahwa pak Roy dan empat rekannya `pesta` sabu-sabu (SS)," kata Kepala Kepolisian Wilayah Kota Besar Surabaya (Polwiltabes) Surabaya, Kombes Pol Anang Iskandar.

Satuan Reserse Narkoba (Reskoba) Polwiltabes Surabaya menangkap Roy bersama empat rekannya pada Selasa (13/11) sekitar pukul 08.00 WIB. Mereka adalah Fredy Matatula dari Jalan Peneleh, Surabaya, Roy Hartanto alias Hong Kho Hay dari Jalan Kapasan, Surabaya, Didit Kesit Cahyadi dari Jalan Tempel Sukorejo, Surabaya dan seorang wanita bernama Winda dari perumahan Rewwin."

Saat digeledah di Hotel Novotel kamar 465 itu, petugas menemukan 1,5 ons shabu-shabu di laci meja, bong (alat hisap), alumunium foil, timbangan, HP, dan korek api. Selain itu, hasil tes menunjukkan kelima orang itu positif menggunakan narkoba. Shabu shabu yang dipakai Roy dikirim dari LP Cipinang melalui perantara Didit. Roy sendiri mengaku mengenal empat pelaku lainnya, karena pernah sama-sama mendekam di LP Cipinang dalam kasus narkoba," demikian kata Anang Iskandar.

Digambarkan, "pesta" narkoba dan pertemuan di Surabaya itu mirip "reuni" sesama penghuni LP Cipinang yang pernah ditangkap Polresta Jakarta Selatan.

Roy yang mengenakan celana biru tua dan baju putih bergaris lengan panjang, terlihat tanpa beban dan sering tertawa sambil menikmati es jus alpukat. Bahkan beberapa penyidik mengajaknya foto bersama. Lain halnya dengan ke-empat rekannya yang ditempatkan dalam ruangan sempit dengan borgol dan baju tahanan warna merah.

"Dia (Roy) akan kami tahan di sini," kata Kasat Reskoba Polwiltabes Surabaya, AKBP Abi Darrin, didampingi Kabag Bina Mitra Polwiltabes Surabaya, AKBP Sri Setyo Rahayu.

Sebelum ditangkap, Roy menghadiri kampanye penanggulangan penggunaan narkoba di gedung Graha Pena Surabaya yang dihadiri Kapolri Jenderal Pol Sutanto dan Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Pol I Made Mangku Pastika.

Dalam acara itu, Roy memberikan testimoni kasus narkoba yang pernah dialami hingga akhirnya dipenjara di LP Cipinang. Bahkan Roy sempat mengusulkan kepada Kapolri, agar korban narkoba tidak diperlakukan sama dengan pengedar. Hukuman yang sama antara pelaku dan pengedar tidak adil, karena pemakai merupakan korban, protesnya. (dimas)

Friday, October 26, 2007

Roy Marten Ceramah Antinarkoba

PENGALAMAN merasakan sembilan bulan di penjara, karena kasus narkoba, membuat aktor senior, Roy Marten, aktif dalam penyuluhan pencegahan narkoba. Aktivitas ini dia jalankan dengan harapan agar orang lain tidak merasakan apa yang pernah ia alami.

''Saya ini contoh kongkret. Saya adalah almuni Uncip yakni Universitas Cipinang,'' ujar pria kelahiran Salatiga, Jawa Tengah, 1 April 1952, ketika berbicara di depan 2.000 prajurit TNI AD di Jakarta, Rabu (24/10).


Cipinang yang dimaksud suami artis Anna Maria itu adalah Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Cipinang, Jakarta Timur, tempat dia menjalani hukuman sebelum akhirnya ia menghirup udara bebas pada 1 Oktober 2006. ''Slogan bahwa narkoba merusak generasi muda itu harus diubah menjadi narkoba rusak seluruh bangsa,'' katanya lagi.

Pesohor yang melejit lewat film Cintaku di Kampus Biru itu tidak canggung-canggung berbicara bahaya narkoba di depan ribuan prajurit TNI. Ia mengaku gembira diundang sebagai pembicara oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), padahal pada Februari 2006 lalu, Satgas BNN pula yang menangkapnya di kawasan Ulujami, Jakarta Selatan, karena menyimpan 4,2 gram shabu.

Ayah dari pesinetron Gading Martin itu juga bercerita pengalaman pribadinya saat mengonsumsi shabu, yakni aktivitasnya menjadi giat dan sering berhalusinasi. ''Yang belum pernah pakai (shabu), jangan pernah pakai. Kalau pakai, maka akan ada dua pilihan, yakni pertama ditangkap polisi kayak saya dan kedua adalah rusak mata pencaharian,'' paparnya. (Ant)

Thursday, October 25, 2007

Alexandra Asmasoebrata keukeuh Musuhi Narkoba

JAKARTA - Sosok Alexandra Asmasoebrata alias Andra, cukup dikenal. Satu-satunya pembalap muda wanita di Indonesia ini keukeuh bermusuhan dengan narkoba demi menoreh prestasi gemilang.

"Aku senang bisa mengampanyekan narkoba. Ini sebagai contoh berprestasi dengan tidak menggunakan narkoba. Aku jauhi narkoba karena harus fokus di balap. Kalau aku menggunakan narkoba, bisa terganggu," ungkap Andra yang ditemui di acara "Penyuluhan Akbar Sadar Narkoba dalam Upaya Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba", di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu (24/10/2007).

Andra yang didaulat sebagai Duta Narkoba sejak 10 Oktober 2007, kepada okezone menuturkan, tugas sebagai duta cukup berat dan menjadi beban.

"Meski beban, aku senang karena ini tugas baru buat aku. Aku tidak tertarik narkoba karena bikin susah dan merusak karier. Untuk menjaga kesehatan aku tidak pakai narkoba, tapi cukup istirahat rutin," jelasnya. (okezone.com)

Tuesday, October 23, 2007




Polri Bongkar Pabrik Shabu 454 Miliar di Batam



JAJARAN Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mengungkap pabrik ekstasi skala besar di empat lokasi Kota Batam yang melibatkan dua tersangka berkebangsaan Taiwan dengan nilai produk sekitar Rp 454 miliar dalam operasi Sabtu (20/10) malam.

Kepada wartawan di Bandara Hang Nadim, Batam, Senin malam, Kapolri Jenderal Polisi Sutanto, menyatakan keberhasilan ini berkat kerjasama Polri, Badan Narkotika Nasional (BNN), kepolisian internasional, serta perwakilan "Drug Enforcement Administration" (DEA) Singapura, DEA Hong Kong, DEA Taiwan, DEA Australia dan DEA Amerika Serikat.

"Dari pengembangan kasus, tadi pagi di Pluit, Muara Karang, Jakarta, kepolisian menggerebek satu tempat dan menangkap tersangka Awi dengan barang bukti 40 kg shabu (35 kg+5 kg cair) yang berasal dari sini," katanya.

Di Batam, selain menemukan barang bukti berupa peralatan dalam 150 galon/568 liter cairan methamphetamine (shabu kristal) senilai Rp 454 miliar, kepolisian menangkap dua warga negara Taiwan, yakni Wang Chin I, Tsai Tsai Cheng serta empat WNI yakni Jaelani Usman, Darwin Silaban, Syaed Abubakar, dan Apeng.”Kasus ini membuktikan, kejahatan narkotika selalu melibatkan beberapa sindikat dari beberapa negara, “ kata Kapolri.

Diungkapkan, selain untuk memasok pasar dalam negeri, shabu-shabu buatan Batam juga untuk memasok China daratan dan Taiwan, kata Kapolri, didampingi Kepala Pelaksana Harian BNN Made Mangku Pastika, Kapolda Kepulauan Riau (Kepri) Brigjen Pol Sutarman, Gubernur Kepri Ismeth Abdullah, Ketua Otorita Batam Mustofa Wijaya serta Walikota Batam Ahmad Dahlan.

Lokasi I pabrik ekstasi di Batam berada di Kompleks Pergudangan Taman Niaga Blok E No 3 Kawasan Industri Panbil Muka Kuning. Di tempat itu, kepolisian menemukan 990 galon aceton di dalam 14 drum @ 200 liter, hydro chlorid acid 613 galon, 1.000 galon chloroform, 800 kg sodium hydroxide, 75 kg trichlorida isocyanuric acid, 350 kg garam, 1.000 kg bubuk bahan kimia yang belum diketahui jenisnya, 330 galon cairan kimia yang jenisnya masih disidik, serta beberapa peralatan pemroses.

Di lokasi tersebut, merupakan pabrik pemroses prekusor menjadi shabu cair untuk kemudian di bawa ke lokasi II, di gudang penyimpanan hasil proses pertama "clandestine laboratory" Taman Duta Mas, Cluster II No 57, Batam Centre.

Di lokasi II, kepolisian menemukan barang bukti dua kompor gas. Sedangkan di lokasi III, Kompleks Pertokoan Hop Seng, Blok C-8 Batam Centre, dijadikan tempat pengolahan akhir (shabu cair jadi crystal).

Di sini, kepolisian menyita barang bukti antara lain cairan methamphetamine alias shabu sebanyak 150 galon atau setara dengan 568 kg "ice crystal" senilai Rp 454 miliar (440 juta USD) dengan harga pasar Rp 9.000/ gram, 34,5 kg barium sulfat, 32 kg garam, 21,5 kg sodium hidroxide, serta 35 galon hydroclrolic acid.Kepolisian, di ruko itu, juga menemukan satu mobil Mitsuhibishi Chariot Grandis hijau Nopol BM 2224 XD dan Mercedes Benz hitam nopol BM 1214 XL. Sedangkan di lokasi IV, di Kawasan Berikat Blok C No 5 Hijrah Karya Mandiri Industrial Estate, Batam Centre, dijadikan tempat pengeringan dan proses memasak dengan mesin. Pengeringan dengan mesin memerlukan enam hari.

Bahan-bahan bakunya sebagian berasal dari Taiwan, dikirim ke Batam melalui kapal nelayan di perairan Indonesia.Penemuan pabrik gelap shabu-shabu itu mengejutkan Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ismeth Abdullah yang seperti aparat pemerintah dan masyarakat di Batam tidak menduga ada pabrik psikotropika di pusat-pusat bisnis dan keramaian."Ini memprihatinkan karena bisa menurunkan citra Batam, tetapi sekaligus menggembirakan sebab kini aparat berhasil mengungkap," kata Ismeth.

Gubernur, seperti juga Kapolri, mengajak semua lapisan masyarakat di seluruh Kepri agar bersama aparat mewaspadai orang-orang di lingkungan."Bagi pemilik bangunan, hendaklah membuat perjanjian kepada penyewa untuk tidak menggunakan tempat untuk kegiatan-kegiatan ilegal," katanya Ismeth.Blok C-8 di Kompleks Ruko Hop Seng yang menjadi salah satu pabrik shabu, berada sekitar 400 meter dengan Markas Polda Kepri, Kantor Otorita Batam, serta Kantor Walikota Batam dan Gedung DPRD Kota Batam.

Ketua RT 002/RW013 Kelurahan Teluk Tering, Kecamatan Batam Kota, Novri Eka Rinaldi mengatakan, tidak menyangka dan menjadi kaget ketika Senin siang dikabari Direskrim Polda Kepri Kombes Basari Panjaitan bahwa rumah di Blok C-8 tersangkut kasus pabrik shabu terbesar di Asia.

SATU TINGKAT DI BAWAH

Menurut Direktur Narkotika Mabes Polri Brigjen Pol Indradi Thanos, sementara ini kasus itu satu tingkat di bawah kasus pabrik ekstasi di Cikande (2005), Serang, Banten, yang nilainya sekitar Rp 1 triliun dan terungkap berkat kerjasama yang erat dan informasi dari DEA.Operasi di Batam dipimpin Jenderal Bambang Hendarso, katanya. "Tim dua minggu mengamati sasaran, setelah bersama mitra DEA menyusun taktik," katanya

Direktur Narkotika Mabes Polri mengatakan, sindikat di Batam sejauh ini belum ada kaitan dengan sindikat di Cikande, dan ke China daratan dan Taiwan baru bersifat membawa contoh. Menurut Kepala DEA Singapura Russel Holske, pengungkapan kasus di Batam merupakan salah satu yang terbesar BNN. (masdimas)

Wednesday, May 23, 2007

NIDIA NIEKMASARI

Event manager yang betah di SIAN

DENGAN latar belakang sebagai penyelenggara acara atau popular dengan event organizer yang berpengelaman, Nidia Niekmasari Ichsan, 34, menempati posisi sebagai Bendarahara Umum di LSM Seniman Indonesia Anti Narkoba (SIAN). Pilihan yang tepat, karena EO merupakan wanita yang lincah dan kenyang dengan berbagai kegiatan yang berimbas pada pendanaan.

“Saya orangnya bosenan, tapi setelah ketemu Mas Hardi saya betah di sini, “ kata wanita kelahiran Ponorogo, Jawa Timur, 8 Desember 1973. Posisinya di hotel hingga public relation manager di sebuah hotel berbintang ditinggalkannya, setelah bergelut di sana 4 tahun, 1996-1999.

Dia sempat ke Malaysia, kerja di perusahaan software terkemuka di negeri jiran itu. Sempat pula mendalami trading di Singapura, menjual alat berat ke perusahaan-perusahaan minyak internasional.

Berbagai proyek event dikerjakannnya, bekerjasama dengan pemerintah daerah dan swasta, seperti Ulang Tahun Kota Surabaya ke 712, Hari Pahlawan 2005. Debutnya dimulai dengan jarum Super Brazilian Star, tahun 2003 di 10 kota di Jawa Timur. “Saya mencintai sepakbola, karena yang main bukan hanya pemainnya, tapi penontonnya juga main, “ katanya.

Diungkapkan, penyelenggaraan proyek kegiatan acara dengan pemerintah dimulai karena kepercayaan dan profesionalitasnya. Diungkapkan, saat masih sering mengerjakan event dengan swasta dia kenal dengan orang pemda untuk mengurus perijinan dan keamanan. “Dengan cara begitu, saya dikenal dan orang pemda percaya, “ kata sarjana Ekonomi jurusan Manajemen Pemasaran Univeritas Surabaya, 1998.

Nidia sudah bekerja saat kuliahnya belum selesai, bahkan studynya sempat terhambat. “Saya telat lulusnya, karena banyaknya waktu itu sudah kerja di hotel, “ kata wanita yang berkarir di hotel Westine dari bagian front office ini.

“EO itu penting. Setiap jengkal perusahaan selalu membutuhkan event organizer atau lebih tepat event manajemen, “ katanya.

Tentang suka duka sebagai penyelenggara acara, Nidia bertutur, “EO itu kalau kerjanya bagus nggak dipuji, kalau jelek dimaki, kalau rugi nomboki, “ katanya. Tapi dengan pengalamannnya menyelelenggarakan puluhan event besar, baru satu event saja yang harus nomboki. “Satu tapi sampai ratusan juta, “ katanya, mengenangkan.

Dengan SIAN kini sedang mengerjakan proyek peringatan HANI (Hari Anti Narkoba Internasional) dengan sejumlah acara, seperti Pentas Musik Akbar di Ancol, Pameran Lukisan di Hotel Nikko, dll, yang bertemakan fight against drugs.


Ellawijt pameran lukisan di Museum Nasional

SEORANG pelukis belia tampil mengesankan dengan memamerkan puluhan karyanya di Meseum Nasional atau Meseum Gajah di Jl. Merdeka Barat, Jakarta Pusat, 19-29 Mei 2007 ini. Pameran bertajuk "It's just been started!" (Ini baru mulai), banyak mengeksplor buah-buahan dan lukisan realismenya, dalam ukuran besar-besar. Ketua SIAN, H. Hardi, menandai pembukaan yang berlangsung meriah dan khas ABG ini. "Saya melihat Ella pelukis muda yang kreatif, produktif, dan anti narkoba!" katanya.

Pameran yang sekaligus menandai usia 17 Ellawijt menjadi penanda beta remaja berkarya cipta membanggakan juga tak kurang-kurang. Dia menjadi Sherina Munaf di bidang lain, sosok remaja, kalangan menengah atas, yang berkarya mengesankan, melebihi rekan-rekan seusianya.

Terlahir dengan nama Manuella Wijayanti, Ellawijt merupakan nama gabungan dan populernya. Terlahir 8 Mei 1990, kini masih duduk di klas 2 IPA SMU Saint Peter. Ellawitj merupakan anak ke-3 dari 4 bersaudara, dari pasangan Djohan dan Diah Pangestuti W.Ella punya saudara kembar.

Sejak kecil mengaku suka menggambar di atas kertas yang disediakan orangtuanya, kadang keisengannya meningkat sampai ke dinding, sampai-sampai lipstik ibunya pun jadi korban.
Sadar bakat anaknya yang luar biasa, orangtuanya memfasilitasi segala keperluannya, bahkan mendatangkan guru-guru lukis profesional. Seperti Mozes Misdy, juga dukungan dari seniman besar, seperti Jeihan. Dan Ella bukan tipe remaja pembosan, seperti rekannya. Dia terus menekuni hobbynya dan berkarya terus hingga kini.

Sejak 2005 lalu, karya-karya Ellawijt sudah masuk ke pameran bergengsi, antara lain pameran bersama "Pesona Melonia XXX Day of Glory di Sahid Jaya Hotel, 2-8 Agustus 2005 lalu. Pameran "Bersama Indonesian Art I" di Hotel Crowne Plaza, 3-11 Oktober 2006. Pameran lukisan bersama Karya Prajurit ke-20 di WTC, 3-17 November 2006, dan Pameran bersama "Indonesian Art II" lagi-lagi di Hotel Crown Plaza, 16-22 Desember 2006 lalu.

Dengan demikian, pameran di Meseum Nasional kali ini merupakan lukisan tunggal perdananya."Sangat membanggakan, melihat prestasi remaja yang begini hebat, di tengah generasi muda yang sebagiannya sedang terancam narkoba. Sangat membanggakan!" komentar Hardi, Ketua SIAN.

Monday, May 7, 2007

Wajah sinetron di panti rehabilitasi narkoba

KUNJUNGAN ke panti rehabilitasi narkoba yang banyak dihuni para remaja sebagai korbannya, mengejutkan seniman pelukis H. Hardi. “Saya melihat wajah-wajah remaja yang kayak pemain sinetron, laki-laki perempuan, cakep-cakep, jadi korban narkoba, “ katanya. “Saya sangat terpukul. Sebagai orangtua dari 3 anak yang sedang remaja, saya takut bukan main. Seandainya anak saya yang kena bagaimana?” katanya.

Pelukis asal Blitar – Jawa Timur, kelahiran 1951, ini menyatakan, kunjungan itu mengganggu pikirannya dari hari ke hari. “Sukses orangtua dalam mengumpulkan harta, membangun karir dan bisnis, tak ada gunanya kalau kita mendapati anak kita seperti itu, “ katanya. Karena itu, dia mau mengetuai LSM Seniman Indonesia Anti Narkoba (SIAN) dengan semangat itu. “Saya siap perang untuk membrantas narkoba, “ tekadnya.

Menghimpun teman-temannya sesama seniman, H. Hardi gigih berkampanye. Hari-hari ini, misalnya, dia sibuk menyiapkan pameran lukisan menyambut Hari Anti Narkoba (HANI) 2007 di Hotel Nikko, Jakarta. “Yang dipamerkan bukan lukisan kembang atau pemandangan alam, tapi masyarakat yang dikuasai narkoba, “ katanya. Itu dijadikan peringatan betapa bahayanya narkoba.

“Memang ada desain besar untuk merusak generasi kita agar terus bodoh dan malas. Antara lain dengan penyebaran narkoba. Sebagai orangtua kita mesti menyadari, “ katanya, prihatin. (dimas).

Thursday, April 26, 2007

SIAN DAN WITT BERTEMU IBU NEGARA

Ibu Negara, Hj. Ani Bambang Yudhoyono menyalami Ketua SIAN, H. Hardi


PEDULI dengan kesehatan bangsa dan generasi muda Indonesia, Ibu Ani Bambang Yudhoyono menerima para pengurus Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT) yang dipimpin Ketua Umum WITT Ir. Nita Yudi, MBA dan Ketua SIAN H Hardi di Istana Negara, Selasa (10/4) pagi. Pada saat bertemu dengan Ibu Negara, para pengurus WITT memperkenalkan organisasi anti rokok ini dengan tujuan untuk menyelamatkan generasi bangsa dari bahaya merokok.

Selain Nita Yudi, para pengurus WITT yang diterima Ibu Negara, antara lain, adalah Ketua Bidang Penyuluhan dan Pendidikan Ina Symonds, Ketua Bidang Humas Nana Krit, Ketua Bidang Organisasi Moudy L. Lintuuran, Ketua Bidang Jasa dan Keuangan Nina Ramschie, Wakil Bidang Jasa dan Keuangan, Wakil Bidang Kemitraan dan Ketua Panitia Kartini Nany Rusyamsi, Wakil Bidang Program Tuti Novi dan Ketua Umum SIAN H. Hardi. Saat menerima tamunya, Ibu Negara didampingi Ibu Murniati Widodo A.S., Ibu Okke Hatta Rajasa, dan Ibu Anita Rusdi. (osa)

Selasa, 10 April 2007

JAKARTA CHILDRENS AGAINTS DRUG



SIAN Gandeng Kedutaan Australia


PENYALAH-GUNAAN narkoba terutama usia remaja - bahkan anak-anak - terus bertambah. Korban yang meninggal akibat obat haram ini juga terus berjatuhan. Menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN) dari bulan Januari – Oktober 2006, sudah 15.758 anak usia sekolah menjadi korban narkotiba.

Dari jumlah korban sebanyak itu tercatat anak usia setingkat SD berjumlah 227 orang. Tingkat SLTP 4012 orang. SMU 1089 dan tingkat Perguruan Tinggi 433 orang.

Data yang dikeluarkan BNN sungguh mencengangkan dan mengenaskan, sekaligus mengerikan. Dan kita menjadi prihatin. Jika dipresentasikan – dari data tersebut - maka tidak kurang dari 40 jiwa melayang setiap hari atau 15 ribu jiwa lebih menjadi korban selama setahun. Kiranya, jika dihitung dari sisi biaya, hal ini pastilah merupakan suatu pemborosan yang sangat merugikan. Setidaknya dibutuhkan pembelanjaan narkoba sebesar Rp 11, 3 triliun. Angka fantastik!

Lantas apa yang mesti kita lakukan? Bisa-bisa terjadi lost generation! Selama ini lost generation dikarenakan kurang gizi, rendahnya dunia pendidikan, tetapi kini bisa juga karena penyalah-gunaan narkoba. Narkoba justru tidak bisa dipandang sebelah mata, dan bisa – bisa malah sebagai faktor penting dalam lost generation. Sejalan dengan hal itu, tidaklah salah kredo Figh Against Drugs alias Perang Melawan Narkoba perlu terus menerus didengungkan.

Seniman Indonesia Anti Narkoba - kini berada di garis depan dalam memerangi peredaran dan dampak buruk narkoba. Tidak dipungkiri dalam jangka panjang bangsa kita akan mengalami kelumpuhan budaya, mandulnya kreatifitas dan tentu akan terjadi erosi nasionalisme yang diakibatkan oleh gaya hidup yang salah.

SIAN menjadi peduli, dengan melakukan pengawasan dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat dalam menyelamatkan serta melindungi dari budaya gelap narkoba. Terutama menyelamatkan anak-anak sejak usia dini. SIAN berupaya untuk berperan, mengingat di tangan anak-anak kelak estafet kepemimpian dan masa depan bangsa ini berada. Berbagai kegiatan dan aktivitas yang bakal dilakukan SIAN.

Salah satunya Lomba Lukis Anak-anak yang pelaksanaannya pada hari Minggu 27 Mei 2007 ini. Lomba ini diadakan sekaligus dalam rangka Hari Anti Narkotika Indternasional 2007 dengan tema “Perang Melawan Narkoba”.

Perlu dijelaskan lomba lukis anak-anak ini merupakan salah satu cara untuk mengenalkan kepada anak-anak sejak usia dini, agar mereka mengenal dan tahu betapa berbahayanya narkoba bagi perkembangan masa depan mereka. Masa kanak-kanan adalah masa yang paling penting dalam kehidupan manusia.

Kegiatan lomba lukis anak-anak yang tempat penyelenggaraannya di Balai Kasih Sayang Pamardisiwi, Jalan MT. Haryono No. 11 Cawang , Jakarta Timur, tidak lain tindakan nyata yang diperbuat SIAN, mengingat bisa mengajarkan serta menciptakan suasana bermain , belajar, juga berprestasi.

“Sehingga kedepannya nanti sangat baik bagi perkembangan serta pembentukan kepribadian maupun perilaku anak-anak, guna melakukan hal positif untuk meraih cita-cita mereka kelak “ kata H. Hardi –pelukis senior- Ketua Umum SIAN.

Dalam pelaksanaan Lomba Lukis Anak-Anak ini yang jurinya terdiri dari unsur pendidik, pelukis, dan dosen, pihak SIAN selain mendapat dukungan dari BNN, juga menggandeng pihak luar yang sama-sama peduli terhadap bahaya gelap narkoba, yakni Kedutaan Australia.

Pihak Kedutaan Australia merasa terhormat dan antusias sekali bisa bekerja sama dengat SIAN. “Kami mempunyai kepedulian yang sama. Saya kira ini awal dan langkah yang baik sekali, kami saling bisa bekerja sama. Paling tidak lomba ini bisa tersebar luas ke publik, terutama kepada anak-anak, bahwa dalam memerangi narkoba perlu dukungan dan peran aktif dari segala pihak, “ kata Fiona Hoggart, First Secretary Bidang Budaya, Kedutaan Australia, Selasa, 24 April 2007, ketika melakukan kunjungan ke kantor pusat SIAN.

Kerja SIAN dengan Kedutaan Australia merupakan kerjasama jangka panjang, dan Lomba Lukis Anak-Anak ini adalah satu di antaranya , yang kemudian akan melaksanakan (serta diikuti) pertukaran budaya sesama seniman dalam rangka : Perang Melawan Narkoba.. (Jakarta, April 2007, snm)

DEKLASARI CABANG SIAN JAWA TIMUR DI PONOROGO

Bertepatan dengan penyelenggaraan Grebeg Suro, Ketua SIAN H. Hardi meresmikan berdirinya SIAN Jawa Timur di Ponorogo, Januari 2007 lalu.

PONOROGO - "Kalau melihat korban yang meninggal karena narkoba, kita jadi prihatin. Makanya kita harus bisa memerangi narkoba bersama pemerintah mulai kalangan atas hingga akar rumput," demikian dikatakan Brigjen Muji Waluyo, dari BNN pusat saat mengunjungi kantor SIAN (Seniman Anti Narkoba) di Ponorogo, Kamis, 18 Januari 2007 lalu. Kebetulan, Muji Waluyo juga inisiator SIAN.


Menurut Inisiator SIAN ini, peredaran narkoba sudah tidak bisa ditolerir lagi. Sebab, dampak yang ditimbulkan membayakan generasi bangsa maupun masa depannya kelak. Apalagi, sekitar 3,6 juta jiwa dinyatakan sebagai korban narkoba. Sementara, total dana peredaran narkoba sendiri mencapai Rp 2,9 triliun per tahun.

"Makanya kita akan melakukan perang tapi tidak secara fisik. Tapi secara persuasif termasuk melibatkan para seniman kita," jelas jenderal bintang satu ini sambil mengingatkan kematian penyanyi Alda Risma yang tewas diduga kuat akibat overdosis narkoba.

Dalam deklarasi SIAN Jawa Timur itu, H Hardi, Ketua PB SIAN mengutip slogan "Batoro Katong Membangun Ponorogo dengan Dasar Toleransi" Dikemukakan, melalui perayaan Grebeg Suro dengan semangat Batoro Katong (pendiri Ponorogo, Red) kita kokohkan untuk memberantas peredaraan narkoba, jelas Hardi didampingi Kristianto, tokoh Jatim dan Sekkab, Luhur Karsanto juga Ketua SIAN Jatim M. Anam Ardiansyah. (tya/Indopos)


MENJELANG PAMERAN LUKISAN HANI 2007

Brigjen Drs. H. Muji Waluyo, SH, MM., berbincang dengan H. Hardi dan pengurus SIAN lainnya di tengah persiapan pameran lukisan menyambut Hari Anti Narkotika Indonesia - HANI 2007.

MENJELANG penyelenggaraan Pameran Lukisan menyambut Hari Anti Narkoba Indonesia (HANI) 2007, kesibukan mulai nampak di markas pusat SIAN di gedung BNN Lantai 1, Jl. MT haryono No.11 - Cawang, Jakarta Timur.

SIAN dengan dukungan BNN terus beradu kreatifitas dengan para bandar narkoba dan pengguna narkoba untuk mengkampanyekan tujuan penyelamatan keluarga dan negara dari ancaman narkoba.

Ketua SIAN, H. Hardi menegaskan, pameran lukisan ini, merupakan salah satu upaya untuk memberikan sebuah model perlawanan terhadap narkoba yang masih baru. Tetapi ini bisa menjadi sebuah embrio gerakan kebudayaan melawan kekejaman narkoba.

Pameran lukisan yang akan diadakan ini, katanya, didukung oleh pelukis yang tergabung di SIAN dari kota Surabaya, kabupaten Ponorogo dan dari kota Jakarta sendiri. Para pelukis SIAN ini merupakan sebuah gank kesenian. Tetapi untuk masa depan akan lebih luas dan lebih banyak seiring dengan lahirnya DPW dan DPD SIAN di seluruh Indonesia.

Sebuah tema baru yang digarap pelukis akan menjadi tataran kreatifitas program kampanye Perang Melawan Narkoba.”Bukan lagi lukisan panen padi yang menguning di sawah, atau wanita cantik yang innocent, atau lukisan abstrak bumi yang bikin puyeng kepala. Pameran lukisan ini, bisa dikategorikan pameran seni terlibat dalam usaha memerangi narkoba. Dari jumlah yang ada, setidak tidaknya 50%, secara eksplisit dan emplisit, antena ideologinya mengarah perang melawan narkoba!” tandasnya.

Didukung POLRI, pameran yang digelar 5 hari, mulai 4 – 8 Juni 2007 di hotel Nikko, Jakarta menampilkan lebih kurang 80 lukisan dengan berbagai variasi obyek, yang secara khusus menampilkan tema “Usaha Masyarakat Dalam Perang Melawan Narkoba” sebanyak 40 lukisan, baik secara ekplisit dan implisit. Sedangkan selebihnya adalah lukisan bertemakan bebas, indah dan memiliki nilai komunikasi yang kuat.

Pelukis yang terlibat dalam pameran ini antara lain adalah : H. Hardi , Liem Hui Yung, Weye Haryanto, Yahya TS, Heri Basuki Ganden Witono, Willy Yusup, Vanda Affan, Devita Ernanda, Aida Prayoga, dll. (dimas)


Friday, April 20, 2007

ARTI LOGO

BENTUK LOGO

Adalah sebuah perisai, yang lazim digunakan sebagai pelindung mara bahaya

Kepala burung elang rajawali

Melambangkan kebebasan jiwa, kewaspadaan, umur panjang, dan terbang jauh

Lima bintang

Menggambarkan pengamalan PANCASILA dalam usaha yang maksimal

Warna merah dan putih

Melambangkan bangsa Indonesia yang berani dalam membela kebenaran

Warna biru

Adalah lambang dari cinta, religius.

Warna kuning di paruh dan leher

Melambangkan keberuntungan dan kesejahteraan.

ARTI LOGO

Lembaga persaudaraan Seniman Anti Narkoba support by BNN dalam memerangi narkoba dilakukan dengan cara penyadaran, rasa cinta dan nilai patriotisme dan merupakan perisai persaudaraan berlandaskan aura cinta dari Tuhan Yang Maha Esa.

LAGU SIAN

ELANG RAJAWALI

BURUNG ELANG MENGARUNGI ANGKASA

POHON CEMARA HIDUP SERIBU TAHUN

PENYU MELINTASI TUJUH SAMUDRA

MANUSIA JEMBATANI BUMI DAN SURGA

Reff:

BUKAN DENGAN MERUSAK DIRINYA

BUKAN DENGAN CANDU DAN NARKOBA

Lirik:

EKA BUDIANTA

Penata Musik

EVYN G. MASSASSYA

JIHAD MENUMPAS NARKOBA

HASIL penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Universitas Indonesia (UI) menunjukkan: Jumlah penyalah-gunaan Narkoba sebesar 1,5% dari populasi, atau 3,2 juta orang, yang terdiri dari 69% kelompok teratur pakai dan 31% kelompok pecandu, dengan populasi laki-laki 79% dan perempuan 21%.

Kelompok teratur pakai terdiri dari penyalah-guna ganja (71%), shabu (50%), dan obat penenang (22%). Kelompok pecandu terdiri dari penyalah-guna ganja (75%), heroin/putaw (62%), shabu (57%), ekstasi (34%), dan obat penenang (25%).

Penyalah-guna Narkoba dengan suntikan (IDU) sebesar 56% atau 572.000 dengan kisaran 515.000 sampai 630.000 orang.

Beban ekonomi terbesar adalah untuk pembelian/konsumsi narkoba yaitu sebesar Rp 11,3 triliun.

Angka kematian (Mortality) pecandu 15.000 orang meninggal dalam setahun.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, bahaya Narkoba adalah merupakan musuh masyarakat yang paling berbahaya di Indonesia, bahkan dunia. Narkoba juga disinyalir sebagai alat suatu bangsa untuk menghancurkan bangsa lain.

Di sisi lain, perkembangan bisnis narkoba di Indonesia sudah melewati batas, dan bisa dikatakan sebagai produsen dan konsumen sekaligus. Jika 4 tahun lalu Indonesia hanya sebatas tempat transit bagi peredaran gelap narkoba, di tahun 2006 lalu fakta telah membuktikan bahwa Indonesua sudah dijadikan “obyek” bagi bisnis berskala internasional, yaitu dengan ditemukannya pabrik ekstasi terbesar di Asia.

Dengan adanya fakta tersebut, diharapkan masyarakat secara swadiri dan bergandeng tangan untuk menumpas Narkoba dan peredarannya dengan semangat jihad.

SENIMAN INDONESIA ANTI NARKOBA (SIAN)

Seniman Indonesia, tentunya tak bisa berpangku tangan menatap realitas seperti itu, maka harus ada perlawanan, tak bisa sendirian, dengan melakukan kerjasama dari berbagai disiplin kantong Budaya Tradisional, Lembaga Pendidikan Agama, Ormas Pemuda, dan Partai Politik, harus digairahkan untuk ikut berperan menumpas Narkoba.

Maka, pada 14 Desember 2006 lalu, Badan Narkotika Nasional (BNN) mengundang para seniman dari berbagai disiplin untuk mendiskusikan masalah nasional tentang bahaya Narkoba.

Dari hasil pertemuan tersebut diambil keputusan kongkrit, yaitu mendirikan lembaga dengan status hukum “ormas” yang disupport secara langsung oleh Badan Narkotika Nasional yang bernama SENIMAN INDONESIA ANTI NARKOBA (SIAN).

Dengan adanya organisasi tersebut, maka SIAN mendapatkan dukungan secara menggebu-gebu, walaupun baru dideklarasikan 8 Januari 2007 lalu. Telah banyak

Respon dan keinginan dari daerah untuk membentuk cabang tingkat propinsi.

Niat baik, Insya Allah, akan membuahkan kebaikan. Orang Jawa bilang, Gusti Allah Ora Sare, atau Tuhan tak pernah tidur. Ungkapan ini sesungguhnya cermin hakekat dari perbedaan kebenaran dan kebatilan secara tegas. Marilah kita ulurkan tangan untuk berjabat dan berbuat.

SIAN membuka diri dan siap kerjasama dengan lembaga yang cinta tanah air dan cinta dengan kemanusiaan.

Kita serukan PERANG TERHADAP NARKOBA.

H. HARDI

Ketua Umum SIAN

TUGAS BERAT MENUNGGU SIAN

Komjen Pol. Drs. Made Mangku Pastika

SENIMAN Indonesia Anti Narkoba adalah sesuatu hal yang baru, karena ini merupakan satu-satunya organisasi seniman antinarkoba. Sesungguhnya ini sebuah manifestiasi dari suatu kebutuhan para seniman dalam bersikap dan melakukan sebuah action nyata.

Bagi saya, seniman adalah manusia yang dalam menciptakan sesuatu menggunakan perasaan, bukan hanya dengan pertimbangan rasio saja, itulah kelebihan dari seorang seniman, dibanding dengan manusia lainnya. Sehingga karya ciptanya bersifat subyektif.

Maka sebuah karya seni tidak bisa dinilai buruk atau bagus. Kenapa? Karena seni bersifat subjektif dan relatif.

Dalam tingkatan yang lebih tinggi, seniman berkarya bukan karena motif tertentu, misalnya masalah finansial. Tetapi karyanya merupakan sebuah persembahan kepada Tuhan yang Maha Besar.

Dengan titik tolak pemikiran yang sedemikian, saya bisa katakan bahwa Seniman Indonesia Anti Narkoba (SIAN) sesungguhnya sedang melakukan persembahan kepada jagad kemanusian. Tentu ekspresinya akan berbeda dengan yang BNN lakukan, karena masing-masing memiliki latar belakang yang berbeda.

Bagi kami, dengan adanya upaya kerjasama dengan seniman, BNN merasa bahagia, karena misi pencegahan bisa melibatkan kelompok seniman yang tentunya memiliki cara dan ciri dalam melakukan actionnya.

Pengakuan SIAN yang supported by BNN, dan berkantor di BNN, juga diaktekan, menunjukkan keseriusan BNN terhadap SIAN. Maka, setelah ini, tugas berat untuk mengkampanyekan anti narkoba sudah menunggu. Dan kami akan mendorong dan bersinergi untuk menuju tujuan.

Sesungguhnya jalan seniman dalam mencapai sesuatu yang luhur sudah terbuka lebar, yaitu untuk membantu orang lain yang menderita dan niscaya Tuhan yang Maha Besar akan mencatat perbuatan mulia itu.

Selamat berjuang!


Komjen Pol. Drs. Made Mangku Pastika

Dewan Pembina