MUKADIMAH

NASKAH Proklamasi Kemerdekaan kita tidak disusun dan diproklamirkan oleh pemuda dan pemudi yang sedang mabuk. Tetapi oleh para pejuang , pemikir yang sehat dan bertanggung-jawab atas bangsanya.

Dalam tutur bahasa kesenian, seorang penyair menggambarkan sebagai berikut: Serumpun bambu bertahan dalam badai, mereka bak manusia yang ulet, mengatasi kesukaran serumpun bangsa, sentosa, tegak, dan mengolah kerja, sehingga mampu mengubah jurang menjadi panorama yang indah. Mereka tanpa obat, tanpa candu, dan emoh narkoba.

Andaikan rumpun bangsa kita ini seideal syair tadi, tentunya bangsa kita sudah jaya sejak dulu. Dari Sabang sampai Merauke, mereka membangun jembatan hati, dari pulau ke pulau, merajut budaya, kesenian, tradisi, dan agama, menjadi rukun dan toleran satu sama lain.

Kini bumi Indonesia penuh ancaman narkoba. Setiap hari konon berjatuhan 40 orang mati karenanya, sedang jutaan generasi muda lainnya dalam kesakitan dan dalam cengkeramannya.

Maka, saatnya kini kita proklamirkan lagi, sebuah Gerakan Kebangsaan Perang Melawan Narkoba, dan gerakan ini bukan dilakukan oleh pemuda bangsa yang tengah mabuk. Allah SWT Maha Tahu.

Untuk itu kita mohon bimbinganNya.

H.HARDI

Ketua Umum

Thursday, April 26, 2007

SIAN DAN WITT BERTEMU IBU NEGARA

Ibu Negara, Hj. Ani Bambang Yudhoyono menyalami Ketua SIAN, H. Hardi


PEDULI dengan kesehatan bangsa dan generasi muda Indonesia, Ibu Ani Bambang Yudhoyono menerima para pengurus Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT) yang dipimpin Ketua Umum WITT Ir. Nita Yudi, MBA dan Ketua SIAN H Hardi di Istana Negara, Selasa (10/4) pagi. Pada saat bertemu dengan Ibu Negara, para pengurus WITT memperkenalkan organisasi anti rokok ini dengan tujuan untuk menyelamatkan generasi bangsa dari bahaya merokok.

Selain Nita Yudi, para pengurus WITT yang diterima Ibu Negara, antara lain, adalah Ketua Bidang Penyuluhan dan Pendidikan Ina Symonds, Ketua Bidang Humas Nana Krit, Ketua Bidang Organisasi Moudy L. Lintuuran, Ketua Bidang Jasa dan Keuangan Nina Ramschie, Wakil Bidang Jasa dan Keuangan, Wakil Bidang Kemitraan dan Ketua Panitia Kartini Nany Rusyamsi, Wakil Bidang Program Tuti Novi dan Ketua Umum SIAN H. Hardi. Saat menerima tamunya, Ibu Negara didampingi Ibu Murniati Widodo A.S., Ibu Okke Hatta Rajasa, dan Ibu Anita Rusdi. (osa)

Selasa, 10 April 2007

JAKARTA CHILDRENS AGAINTS DRUG



SIAN Gandeng Kedutaan Australia


PENYALAH-GUNAAN narkoba terutama usia remaja - bahkan anak-anak - terus bertambah. Korban yang meninggal akibat obat haram ini juga terus berjatuhan. Menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN) dari bulan Januari – Oktober 2006, sudah 15.758 anak usia sekolah menjadi korban narkotiba.

Dari jumlah korban sebanyak itu tercatat anak usia setingkat SD berjumlah 227 orang. Tingkat SLTP 4012 orang. SMU 1089 dan tingkat Perguruan Tinggi 433 orang.

Data yang dikeluarkan BNN sungguh mencengangkan dan mengenaskan, sekaligus mengerikan. Dan kita menjadi prihatin. Jika dipresentasikan – dari data tersebut - maka tidak kurang dari 40 jiwa melayang setiap hari atau 15 ribu jiwa lebih menjadi korban selama setahun. Kiranya, jika dihitung dari sisi biaya, hal ini pastilah merupakan suatu pemborosan yang sangat merugikan. Setidaknya dibutuhkan pembelanjaan narkoba sebesar Rp 11, 3 triliun. Angka fantastik!

Lantas apa yang mesti kita lakukan? Bisa-bisa terjadi lost generation! Selama ini lost generation dikarenakan kurang gizi, rendahnya dunia pendidikan, tetapi kini bisa juga karena penyalah-gunaan narkoba. Narkoba justru tidak bisa dipandang sebelah mata, dan bisa – bisa malah sebagai faktor penting dalam lost generation. Sejalan dengan hal itu, tidaklah salah kredo Figh Against Drugs alias Perang Melawan Narkoba perlu terus menerus didengungkan.

Seniman Indonesia Anti Narkoba - kini berada di garis depan dalam memerangi peredaran dan dampak buruk narkoba. Tidak dipungkiri dalam jangka panjang bangsa kita akan mengalami kelumpuhan budaya, mandulnya kreatifitas dan tentu akan terjadi erosi nasionalisme yang diakibatkan oleh gaya hidup yang salah.

SIAN menjadi peduli, dengan melakukan pengawasan dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat dalam menyelamatkan serta melindungi dari budaya gelap narkoba. Terutama menyelamatkan anak-anak sejak usia dini. SIAN berupaya untuk berperan, mengingat di tangan anak-anak kelak estafet kepemimpian dan masa depan bangsa ini berada. Berbagai kegiatan dan aktivitas yang bakal dilakukan SIAN.

Salah satunya Lomba Lukis Anak-anak yang pelaksanaannya pada hari Minggu 27 Mei 2007 ini. Lomba ini diadakan sekaligus dalam rangka Hari Anti Narkotika Indternasional 2007 dengan tema “Perang Melawan Narkoba”.

Perlu dijelaskan lomba lukis anak-anak ini merupakan salah satu cara untuk mengenalkan kepada anak-anak sejak usia dini, agar mereka mengenal dan tahu betapa berbahayanya narkoba bagi perkembangan masa depan mereka. Masa kanak-kanan adalah masa yang paling penting dalam kehidupan manusia.

Kegiatan lomba lukis anak-anak yang tempat penyelenggaraannya di Balai Kasih Sayang Pamardisiwi, Jalan MT. Haryono No. 11 Cawang , Jakarta Timur, tidak lain tindakan nyata yang diperbuat SIAN, mengingat bisa mengajarkan serta menciptakan suasana bermain , belajar, juga berprestasi.

“Sehingga kedepannya nanti sangat baik bagi perkembangan serta pembentukan kepribadian maupun perilaku anak-anak, guna melakukan hal positif untuk meraih cita-cita mereka kelak “ kata H. Hardi –pelukis senior- Ketua Umum SIAN.

Dalam pelaksanaan Lomba Lukis Anak-Anak ini yang jurinya terdiri dari unsur pendidik, pelukis, dan dosen, pihak SIAN selain mendapat dukungan dari BNN, juga menggandeng pihak luar yang sama-sama peduli terhadap bahaya gelap narkoba, yakni Kedutaan Australia.

Pihak Kedutaan Australia merasa terhormat dan antusias sekali bisa bekerja sama dengat SIAN. “Kami mempunyai kepedulian yang sama. Saya kira ini awal dan langkah yang baik sekali, kami saling bisa bekerja sama. Paling tidak lomba ini bisa tersebar luas ke publik, terutama kepada anak-anak, bahwa dalam memerangi narkoba perlu dukungan dan peran aktif dari segala pihak, “ kata Fiona Hoggart, First Secretary Bidang Budaya, Kedutaan Australia, Selasa, 24 April 2007, ketika melakukan kunjungan ke kantor pusat SIAN.

Kerja SIAN dengan Kedutaan Australia merupakan kerjasama jangka panjang, dan Lomba Lukis Anak-Anak ini adalah satu di antaranya , yang kemudian akan melaksanakan (serta diikuti) pertukaran budaya sesama seniman dalam rangka : Perang Melawan Narkoba.. (Jakarta, April 2007, snm)

DEKLASARI CABANG SIAN JAWA TIMUR DI PONOROGO

Bertepatan dengan penyelenggaraan Grebeg Suro, Ketua SIAN H. Hardi meresmikan berdirinya SIAN Jawa Timur di Ponorogo, Januari 2007 lalu.

PONOROGO - "Kalau melihat korban yang meninggal karena narkoba, kita jadi prihatin. Makanya kita harus bisa memerangi narkoba bersama pemerintah mulai kalangan atas hingga akar rumput," demikian dikatakan Brigjen Muji Waluyo, dari BNN pusat saat mengunjungi kantor SIAN (Seniman Anti Narkoba) di Ponorogo, Kamis, 18 Januari 2007 lalu. Kebetulan, Muji Waluyo juga inisiator SIAN.


Menurut Inisiator SIAN ini, peredaran narkoba sudah tidak bisa ditolerir lagi. Sebab, dampak yang ditimbulkan membayakan generasi bangsa maupun masa depannya kelak. Apalagi, sekitar 3,6 juta jiwa dinyatakan sebagai korban narkoba. Sementara, total dana peredaran narkoba sendiri mencapai Rp 2,9 triliun per tahun.

"Makanya kita akan melakukan perang tapi tidak secara fisik. Tapi secara persuasif termasuk melibatkan para seniman kita," jelas jenderal bintang satu ini sambil mengingatkan kematian penyanyi Alda Risma yang tewas diduga kuat akibat overdosis narkoba.

Dalam deklarasi SIAN Jawa Timur itu, H Hardi, Ketua PB SIAN mengutip slogan "Batoro Katong Membangun Ponorogo dengan Dasar Toleransi" Dikemukakan, melalui perayaan Grebeg Suro dengan semangat Batoro Katong (pendiri Ponorogo, Red) kita kokohkan untuk memberantas peredaraan narkoba, jelas Hardi didampingi Kristianto, tokoh Jatim dan Sekkab, Luhur Karsanto juga Ketua SIAN Jatim M. Anam Ardiansyah. (tya/Indopos)


MENJELANG PAMERAN LUKISAN HANI 2007

Brigjen Drs. H. Muji Waluyo, SH, MM., berbincang dengan H. Hardi dan pengurus SIAN lainnya di tengah persiapan pameran lukisan menyambut Hari Anti Narkotika Indonesia - HANI 2007.

MENJELANG penyelenggaraan Pameran Lukisan menyambut Hari Anti Narkoba Indonesia (HANI) 2007, kesibukan mulai nampak di markas pusat SIAN di gedung BNN Lantai 1, Jl. MT haryono No.11 - Cawang, Jakarta Timur.

SIAN dengan dukungan BNN terus beradu kreatifitas dengan para bandar narkoba dan pengguna narkoba untuk mengkampanyekan tujuan penyelamatan keluarga dan negara dari ancaman narkoba.

Ketua SIAN, H. Hardi menegaskan, pameran lukisan ini, merupakan salah satu upaya untuk memberikan sebuah model perlawanan terhadap narkoba yang masih baru. Tetapi ini bisa menjadi sebuah embrio gerakan kebudayaan melawan kekejaman narkoba.

Pameran lukisan yang akan diadakan ini, katanya, didukung oleh pelukis yang tergabung di SIAN dari kota Surabaya, kabupaten Ponorogo dan dari kota Jakarta sendiri. Para pelukis SIAN ini merupakan sebuah gank kesenian. Tetapi untuk masa depan akan lebih luas dan lebih banyak seiring dengan lahirnya DPW dan DPD SIAN di seluruh Indonesia.

Sebuah tema baru yang digarap pelukis akan menjadi tataran kreatifitas program kampanye Perang Melawan Narkoba.”Bukan lagi lukisan panen padi yang menguning di sawah, atau wanita cantik yang innocent, atau lukisan abstrak bumi yang bikin puyeng kepala. Pameran lukisan ini, bisa dikategorikan pameran seni terlibat dalam usaha memerangi narkoba. Dari jumlah yang ada, setidak tidaknya 50%, secara eksplisit dan emplisit, antena ideologinya mengarah perang melawan narkoba!” tandasnya.

Didukung POLRI, pameran yang digelar 5 hari, mulai 4 – 8 Juni 2007 di hotel Nikko, Jakarta menampilkan lebih kurang 80 lukisan dengan berbagai variasi obyek, yang secara khusus menampilkan tema “Usaha Masyarakat Dalam Perang Melawan Narkoba” sebanyak 40 lukisan, baik secara ekplisit dan implisit. Sedangkan selebihnya adalah lukisan bertemakan bebas, indah dan memiliki nilai komunikasi yang kuat.

Pelukis yang terlibat dalam pameran ini antara lain adalah : H. Hardi , Liem Hui Yung, Weye Haryanto, Yahya TS, Heri Basuki Ganden Witono, Willy Yusup, Vanda Affan, Devita Ernanda, Aida Prayoga, dll. (dimas)


Friday, April 20, 2007

ARTI LOGO

BENTUK LOGO

Adalah sebuah perisai, yang lazim digunakan sebagai pelindung mara bahaya

Kepala burung elang rajawali

Melambangkan kebebasan jiwa, kewaspadaan, umur panjang, dan terbang jauh

Lima bintang

Menggambarkan pengamalan PANCASILA dalam usaha yang maksimal

Warna merah dan putih

Melambangkan bangsa Indonesia yang berani dalam membela kebenaran

Warna biru

Adalah lambang dari cinta, religius.

Warna kuning di paruh dan leher

Melambangkan keberuntungan dan kesejahteraan.

ARTI LOGO

Lembaga persaudaraan Seniman Anti Narkoba support by BNN dalam memerangi narkoba dilakukan dengan cara penyadaran, rasa cinta dan nilai patriotisme dan merupakan perisai persaudaraan berlandaskan aura cinta dari Tuhan Yang Maha Esa.

LAGU SIAN

ELANG RAJAWALI

BURUNG ELANG MENGARUNGI ANGKASA

POHON CEMARA HIDUP SERIBU TAHUN

PENYU MELINTASI TUJUH SAMUDRA

MANUSIA JEMBATANI BUMI DAN SURGA

Reff:

BUKAN DENGAN MERUSAK DIRINYA

BUKAN DENGAN CANDU DAN NARKOBA

Lirik:

EKA BUDIANTA

Penata Musik

EVYN G. MASSASSYA

JIHAD MENUMPAS NARKOBA

HASIL penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Universitas Indonesia (UI) menunjukkan: Jumlah penyalah-gunaan Narkoba sebesar 1,5% dari populasi, atau 3,2 juta orang, yang terdiri dari 69% kelompok teratur pakai dan 31% kelompok pecandu, dengan populasi laki-laki 79% dan perempuan 21%.

Kelompok teratur pakai terdiri dari penyalah-guna ganja (71%), shabu (50%), dan obat penenang (22%). Kelompok pecandu terdiri dari penyalah-guna ganja (75%), heroin/putaw (62%), shabu (57%), ekstasi (34%), dan obat penenang (25%).

Penyalah-guna Narkoba dengan suntikan (IDU) sebesar 56% atau 572.000 dengan kisaran 515.000 sampai 630.000 orang.

Beban ekonomi terbesar adalah untuk pembelian/konsumsi narkoba yaitu sebesar Rp 11,3 triliun.

Angka kematian (Mortality) pecandu 15.000 orang meninggal dalam setahun.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, bahaya Narkoba adalah merupakan musuh masyarakat yang paling berbahaya di Indonesia, bahkan dunia. Narkoba juga disinyalir sebagai alat suatu bangsa untuk menghancurkan bangsa lain.

Di sisi lain, perkembangan bisnis narkoba di Indonesia sudah melewati batas, dan bisa dikatakan sebagai produsen dan konsumen sekaligus. Jika 4 tahun lalu Indonesia hanya sebatas tempat transit bagi peredaran gelap narkoba, di tahun 2006 lalu fakta telah membuktikan bahwa Indonesua sudah dijadikan “obyek” bagi bisnis berskala internasional, yaitu dengan ditemukannya pabrik ekstasi terbesar di Asia.

Dengan adanya fakta tersebut, diharapkan masyarakat secara swadiri dan bergandeng tangan untuk menumpas Narkoba dan peredarannya dengan semangat jihad.

SENIMAN INDONESIA ANTI NARKOBA (SIAN)

Seniman Indonesia, tentunya tak bisa berpangku tangan menatap realitas seperti itu, maka harus ada perlawanan, tak bisa sendirian, dengan melakukan kerjasama dari berbagai disiplin kantong Budaya Tradisional, Lembaga Pendidikan Agama, Ormas Pemuda, dan Partai Politik, harus digairahkan untuk ikut berperan menumpas Narkoba.

Maka, pada 14 Desember 2006 lalu, Badan Narkotika Nasional (BNN) mengundang para seniman dari berbagai disiplin untuk mendiskusikan masalah nasional tentang bahaya Narkoba.

Dari hasil pertemuan tersebut diambil keputusan kongkrit, yaitu mendirikan lembaga dengan status hukum “ormas” yang disupport secara langsung oleh Badan Narkotika Nasional yang bernama SENIMAN INDONESIA ANTI NARKOBA (SIAN).

Dengan adanya organisasi tersebut, maka SIAN mendapatkan dukungan secara menggebu-gebu, walaupun baru dideklarasikan 8 Januari 2007 lalu. Telah banyak

Respon dan keinginan dari daerah untuk membentuk cabang tingkat propinsi.

Niat baik, Insya Allah, akan membuahkan kebaikan. Orang Jawa bilang, Gusti Allah Ora Sare, atau Tuhan tak pernah tidur. Ungkapan ini sesungguhnya cermin hakekat dari perbedaan kebenaran dan kebatilan secara tegas. Marilah kita ulurkan tangan untuk berjabat dan berbuat.

SIAN membuka diri dan siap kerjasama dengan lembaga yang cinta tanah air dan cinta dengan kemanusiaan.

Kita serukan PERANG TERHADAP NARKOBA.

H. HARDI

Ketua Umum SIAN

TUGAS BERAT MENUNGGU SIAN

Komjen Pol. Drs. Made Mangku Pastika

SENIMAN Indonesia Anti Narkoba adalah sesuatu hal yang baru, karena ini merupakan satu-satunya organisasi seniman antinarkoba. Sesungguhnya ini sebuah manifestiasi dari suatu kebutuhan para seniman dalam bersikap dan melakukan sebuah action nyata.

Bagi saya, seniman adalah manusia yang dalam menciptakan sesuatu menggunakan perasaan, bukan hanya dengan pertimbangan rasio saja, itulah kelebihan dari seorang seniman, dibanding dengan manusia lainnya. Sehingga karya ciptanya bersifat subyektif.

Maka sebuah karya seni tidak bisa dinilai buruk atau bagus. Kenapa? Karena seni bersifat subjektif dan relatif.

Dalam tingkatan yang lebih tinggi, seniman berkarya bukan karena motif tertentu, misalnya masalah finansial. Tetapi karyanya merupakan sebuah persembahan kepada Tuhan yang Maha Besar.

Dengan titik tolak pemikiran yang sedemikian, saya bisa katakan bahwa Seniman Indonesia Anti Narkoba (SIAN) sesungguhnya sedang melakukan persembahan kepada jagad kemanusian. Tentu ekspresinya akan berbeda dengan yang BNN lakukan, karena masing-masing memiliki latar belakang yang berbeda.

Bagi kami, dengan adanya upaya kerjasama dengan seniman, BNN merasa bahagia, karena misi pencegahan bisa melibatkan kelompok seniman yang tentunya memiliki cara dan ciri dalam melakukan actionnya.

Pengakuan SIAN yang supported by BNN, dan berkantor di BNN, juga diaktekan, menunjukkan keseriusan BNN terhadap SIAN. Maka, setelah ini, tugas berat untuk mengkampanyekan anti narkoba sudah menunggu. Dan kami akan mendorong dan bersinergi untuk menuju tujuan.

Sesungguhnya jalan seniman dalam mencapai sesuatu yang luhur sudah terbuka lebar, yaitu untuk membantu orang lain yang menderita dan niscaya Tuhan yang Maha Besar akan mencatat perbuatan mulia itu.

Selamat berjuang!


Komjen Pol. Drs. Made Mangku Pastika

Dewan Pembina