MUKADIMAH

NASKAH Proklamasi Kemerdekaan kita tidak disusun dan diproklamirkan oleh pemuda dan pemudi yang sedang mabuk. Tetapi oleh para pejuang , pemikir yang sehat dan bertanggung-jawab atas bangsanya.

Dalam tutur bahasa kesenian, seorang penyair menggambarkan sebagai berikut: Serumpun bambu bertahan dalam badai, mereka bak manusia yang ulet, mengatasi kesukaran serumpun bangsa, sentosa, tegak, dan mengolah kerja, sehingga mampu mengubah jurang menjadi panorama yang indah. Mereka tanpa obat, tanpa candu, dan emoh narkoba.

Andaikan rumpun bangsa kita ini seideal syair tadi, tentunya bangsa kita sudah jaya sejak dulu. Dari Sabang sampai Merauke, mereka membangun jembatan hati, dari pulau ke pulau, merajut budaya, kesenian, tradisi, dan agama, menjadi rukun dan toleran satu sama lain.

Kini bumi Indonesia penuh ancaman narkoba. Setiap hari konon berjatuhan 40 orang mati karenanya, sedang jutaan generasi muda lainnya dalam kesakitan dan dalam cengkeramannya.

Maka, saatnya kini kita proklamirkan lagi, sebuah Gerakan Kebangsaan Perang Melawan Narkoba, dan gerakan ini bukan dilakukan oleh pemuda bangsa yang tengah mabuk. Allah SWT Maha Tahu.

Untuk itu kita mohon bimbinganNya.

H.HARDI

Ketua Umum

Wednesday, May 23, 2007

NIDIA NIEKMASARI

Event manager yang betah di SIAN

DENGAN latar belakang sebagai penyelenggara acara atau popular dengan event organizer yang berpengelaman, Nidia Niekmasari Ichsan, 34, menempati posisi sebagai Bendarahara Umum di LSM Seniman Indonesia Anti Narkoba (SIAN). Pilihan yang tepat, karena EO merupakan wanita yang lincah dan kenyang dengan berbagai kegiatan yang berimbas pada pendanaan.

“Saya orangnya bosenan, tapi setelah ketemu Mas Hardi saya betah di sini, “ kata wanita kelahiran Ponorogo, Jawa Timur, 8 Desember 1973. Posisinya di hotel hingga public relation manager di sebuah hotel berbintang ditinggalkannya, setelah bergelut di sana 4 tahun, 1996-1999.

Dia sempat ke Malaysia, kerja di perusahaan software terkemuka di negeri jiran itu. Sempat pula mendalami trading di Singapura, menjual alat berat ke perusahaan-perusahaan minyak internasional.

Berbagai proyek event dikerjakannnya, bekerjasama dengan pemerintah daerah dan swasta, seperti Ulang Tahun Kota Surabaya ke 712, Hari Pahlawan 2005. Debutnya dimulai dengan jarum Super Brazilian Star, tahun 2003 di 10 kota di Jawa Timur. “Saya mencintai sepakbola, karena yang main bukan hanya pemainnya, tapi penontonnya juga main, “ katanya.

Diungkapkan, penyelenggaraan proyek kegiatan acara dengan pemerintah dimulai karena kepercayaan dan profesionalitasnya. Diungkapkan, saat masih sering mengerjakan event dengan swasta dia kenal dengan orang pemda untuk mengurus perijinan dan keamanan. “Dengan cara begitu, saya dikenal dan orang pemda percaya, “ kata sarjana Ekonomi jurusan Manajemen Pemasaran Univeritas Surabaya, 1998.

Nidia sudah bekerja saat kuliahnya belum selesai, bahkan studynya sempat terhambat. “Saya telat lulusnya, karena banyaknya waktu itu sudah kerja di hotel, “ kata wanita yang berkarir di hotel Westine dari bagian front office ini.

“EO itu penting. Setiap jengkal perusahaan selalu membutuhkan event organizer atau lebih tepat event manajemen, “ katanya.

Tentang suka duka sebagai penyelenggara acara, Nidia bertutur, “EO itu kalau kerjanya bagus nggak dipuji, kalau jelek dimaki, kalau rugi nomboki, “ katanya. Tapi dengan pengalamannnya menyelelenggarakan puluhan event besar, baru satu event saja yang harus nomboki. “Satu tapi sampai ratusan juta, “ katanya, mengenangkan.

Dengan SIAN kini sedang mengerjakan proyek peringatan HANI (Hari Anti Narkoba Internasional) dengan sejumlah acara, seperti Pentas Musik Akbar di Ancol, Pameran Lukisan di Hotel Nikko, dll, yang bertemakan fight against drugs.


Ellawijt pameran lukisan di Museum Nasional

SEORANG pelukis belia tampil mengesankan dengan memamerkan puluhan karyanya di Meseum Nasional atau Meseum Gajah di Jl. Merdeka Barat, Jakarta Pusat, 19-29 Mei 2007 ini. Pameran bertajuk "It's just been started!" (Ini baru mulai), banyak mengeksplor buah-buahan dan lukisan realismenya, dalam ukuran besar-besar. Ketua SIAN, H. Hardi, menandai pembukaan yang berlangsung meriah dan khas ABG ini. "Saya melihat Ella pelukis muda yang kreatif, produktif, dan anti narkoba!" katanya.

Pameran yang sekaligus menandai usia 17 Ellawijt menjadi penanda beta remaja berkarya cipta membanggakan juga tak kurang-kurang. Dia menjadi Sherina Munaf di bidang lain, sosok remaja, kalangan menengah atas, yang berkarya mengesankan, melebihi rekan-rekan seusianya.

Terlahir dengan nama Manuella Wijayanti, Ellawijt merupakan nama gabungan dan populernya. Terlahir 8 Mei 1990, kini masih duduk di klas 2 IPA SMU Saint Peter. Ellawitj merupakan anak ke-3 dari 4 bersaudara, dari pasangan Djohan dan Diah Pangestuti W.Ella punya saudara kembar.

Sejak kecil mengaku suka menggambar di atas kertas yang disediakan orangtuanya, kadang keisengannya meningkat sampai ke dinding, sampai-sampai lipstik ibunya pun jadi korban.
Sadar bakat anaknya yang luar biasa, orangtuanya memfasilitasi segala keperluannya, bahkan mendatangkan guru-guru lukis profesional. Seperti Mozes Misdy, juga dukungan dari seniman besar, seperti Jeihan. Dan Ella bukan tipe remaja pembosan, seperti rekannya. Dia terus menekuni hobbynya dan berkarya terus hingga kini.

Sejak 2005 lalu, karya-karya Ellawijt sudah masuk ke pameran bergengsi, antara lain pameran bersama "Pesona Melonia XXX Day of Glory di Sahid Jaya Hotel, 2-8 Agustus 2005 lalu. Pameran "Bersama Indonesian Art I" di Hotel Crowne Plaza, 3-11 Oktober 2006. Pameran lukisan bersama Karya Prajurit ke-20 di WTC, 3-17 November 2006, dan Pameran bersama "Indonesian Art II" lagi-lagi di Hotel Crown Plaza, 16-22 Desember 2006 lalu.

Dengan demikian, pameran di Meseum Nasional kali ini merupakan lukisan tunggal perdananya."Sangat membanggakan, melihat prestasi remaja yang begini hebat, di tengah generasi muda yang sebagiannya sedang terancam narkoba. Sangat membanggakan!" komentar Hardi, Ketua SIAN.

Monday, May 7, 2007

Wajah sinetron di panti rehabilitasi narkoba

KUNJUNGAN ke panti rehabilitasi narkoba yang banyak dihuni para remaja sebagai korbannya, mengejutkan seniman pelukis H. Hardi. “Saya melihat wajah-wajah remaja yang kayak pemain sinetron, laki-laki perempuan, cakep-cakep, jadi korban narkoba, “ katanya. “Saya sangat terpukul. Sebagai orangtua dari 3 anak yang sedang remaja, saya takut bukan main. Seandainya anak saya yang kena bagaimana?” katanya.

Pelukis asal Blitar – Jawa Timur, kelahiran 1951, ini menyatakan, kunjungan itu mengganggu pikirannya dari hari ke hari. “Sukses orangtua dalam mengumpulkan harta, membangun karir dan bisnis, tak ada gunanya kalau kita mendapati anak kita seperti itu, “ katanya. Karena itu, dia mau mengetuai LSM Seniman Indonesia Anti Narkoba (SIAN) dengan semangat itu. “Saya siap perang untuk membrantas narkoba, “ tekadnya.

Menghimpun teman-temannya sesama seniman, H. Hardi gigih berkampanye. Hari-hari ini, misalnya, dia sibuk menyiapkan pameran lukisan menyambut Hari Anti Narkoba (HANI) 2007 di Hotel Nikko, Jakarta. “Yang dipamerkan bukan lukisan kembang atau pemandangan alam, tapi masyarakat yang dikuasai narkoba, “ katanya. Itu dijadikan peringatan betapa bahayanya narkoba.

“Memang ada desain besar untuk merusak generasi kita agar terus bodoh dan malas. Antara lain dengan penyebaran narkoba. Sebagai orangtua kita mesti menyadari, “ katanya, prihatin. (dimas).